Penyakit cacingan atau helminthiasis umumnya kurang disadari oleh peternak karena terkadang cacingan tidak menimbulkan kematian yang mendadak dan tinggi seperti halnya pada serangan penyakit viral seperti Newcastle Desease dan Avian Influenza. Ayam yang terinfeksi cacingan pun tidak menunjukkan gejala klinis yang menciri. Pada banyak kasus, cacingan pada ayam menimbulkan beberapa kerugian seperti penurunan efisiensi ransum dan produksi telur.
Cacing yang sering meyerang ayam secara umum terdiri dari 2 jenis yaitu cacing gilik (Ascaridia sp, Heterakis sallinae, Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) dan cacing pita (Raillietina sp, Davainea sp). Penyakit cacing lebih sering menyerang ayam petelur dibandingkan ayam pedaging.
Pengendalian cacingan adalah sebagai berikut:
- Minimalkan kontak ayam dengan feces yang mengandung telur cacing. Bersihkan feces secara rutin minimal 2 minggu sekali dan cegah feces serta litter basah.
- Basmi inang antara cacing seperti lalat, semut, kumbang dan siput dengan insektisida.
- Perbaiki tata laksana pemeliharaan ayam agar perkembangbiakan cacing dapat ditekan. Contohnya dengan memperhatikan kondisi sekitar kandang agar tidak lembab karena cacing dan larvanya masih tertinggal pada lingkungan yang lembab seperti itu. Selain itu, hindari pula hal-hal yang bisa menyebabkan feces dan litter basah seperti air minum tumpah, atap kandang bocor serta ransum yang mengandung protein terlalu tinggi dan garam. Lakukan pembolak-balikan litter basah.
- Lakukan program pengobatan cacingan secara serempak pertama kali pada umur 1 bulan. Jika ayam dipelihara pada kandang postal, pemberian obat cacing perlu diulang setelah 1-2 bulan sedangkan jika dipelihara di kandang baterai, pengulangan 3 bulan kemudian karena ayam tidak kontak dengan litter. Pengulangan tersebut disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan kondisi kandang. Cacing gilik mempunyai siklus hidup 1-2 bulan sedangkan cacing pita sekitar 1 bulan. Salah satu contoh produk obat cacing adalah Levamid.
- Lakukan pemeriksaan feces dengan interval waktu 2-3 bulan sekali agar adanya telur cacing pada feces dapat terdeteksi sejak dini. Hal ini dapat pula dijadikan dasar perlu tidaknya pemberian obat cacing.