Di penghujung bulan Mei 2013 DOC broiler seperti barang antik yang diburu banyak orang saking langkanya. Ketidakseimbangan antara stok DOC dengan kebutuhan peternak menjadikan harga DOC melenting tinggi mencapai di atas 7.000 rupiah per ekor. Harga yang sudah di luar logika perhitungan HPP yang logis ini toh dibayar juga oleh para peternak, baik mandiri apalagi plasma. Alasannya? Ya, harapan kenaikan harga ayam broiler di awal bulan puasa lah yang begitu menggoda para peternak.
Hal yang sama berlaku pada peternak kita kali ini yang bernama A Fong dengan lokasi farm broilernya di Desa Sumberjo, Kec. Wonosalam, Kab. Jombang, Jawa Timur. Kami sempat ikut kalang kabut mencarikan DOC yang akhirnya A Fong dapatkan sendiri. Harapannya yang begitu tinggi atas kemungkinan kenaikan harga jual ayam di awal puasa mendorong kami untuk mengenalkan produk Zipromax. Setelah sedikit penjelasan, A Fong yang telah memakai beberapa produk kami selama lebih dari 1 tahun setuju untuk mencobanya pada pada satu lokasi kandang yang dikelolanya secara mandiri.
Sekitar seminggu sebelum panen, kami mendapat laporan perkembangan dari A Fong yang intinya ,”Puji Tuhan”, sekalian mempersilakan kami datang berkunjung ke farm di saat panen raya. Pada tanggal 6 Juli 2013, kami hadir di sana. Kedatangan kami disambut bentangan hutan jati dan perkebunan kopi. Kandang ayam kelas melati nan sederhana, bukan kandang kelas berbintang nan mewah, terdiri dari 3 bangunan tempat A Fong mengadu nasib sebagai peternak. Saat kami datang, panen sudah dimulai. Tampak mobil pick up pengangkut ayam dan beberapa bakul ayam ‘rengkek’an (bersepeda motor dengan keranjang ayam dari bambu di kanan kirinya) antri menunggu giliran. A Fong sedang sibuk mengawasi dan mencatat hasil timbangan. Kami dipersilakan melihat-lihat dulu.
Kesempatan untuk berbincang-bincang dengan sang peternak dimulai di sore hari. A Fong menuturkan, total kapasitas kandang adalah 5.000 ekor tapi kali ini hanya diisi 4.500 ekor supaya agak longgar. Pemakaian Zipromax memberi pengalaman baru. Meski bukan probiotik, Zipromax menjadikan kotoran ayam jauh lebih kering dan kurang baunya. Biasanya kotoran ayam harus dikeruk 3 kali dalam 1 periode, yang sekarang sampai panen pun belum pernah dikeruk sekalipun. Tingkat kematian ayam jadi rendah, tercatat 200 ekor mati dan 350 ekor terseleksi afkir. Total terpanen 3.950 ekor pada umur 35 – 36 hari dengan hasil timbangan total 8.010 kg. Pakan yang dihabiskan berjumlah 261 zak yang berarti nilai FCR nya adalah 1,62 dan bobot rata-rata ayam 2,02 kg. “Puji Tuhan…puji Tuhan…puji Tuhan,’syukur A Fong. (Saksikan videonya di Video Ardhi Borneo Gemilang berjudul ‘Zipromax Broiler Jombang’)
Harga ayam hidup pada saat panen tersebut adalah Rp 20.500/kg…..senyum pun mengembang, terima kasih Zipromax.