Sutrisno, seorang peternak muda dari Desa Ranggang, Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan, duduk sambil menghisap sebatang rokok merenungi usaha ternak ayam broilernya. 2 periode sudah ia mengalami deraan kerugian yang entah kenapa sebabnya bisa terjadi. Semua prosedur standar dari perusahaan inti, ia seorang peternak plasma, telah dipenuhinya. Tak cukup itu, berbagai ikhtiar atas upaya dan biaya pribadi sudah pula dijalani. Maksud hati hendak mengulangi keberhasilan besar saat panen periode 1, tapi apa lacur, ayamnya bergelimpangan meregang nyawa akibat serangan berbagai penyakit. Tingkat kematian tinggi, FCR kelewat tinggi. Bobot ayam panen susah mencapai 1,7 kg. Alhasil, saat perhitungan rugi laba tak sepeserpun tersisa buat dirinya. Bahkan di data analisa usaha perusahaan, Sutrisno dibukukan minus. Praktis 35 hari kerja keras perperiodenya ibarat kerja bakti.
Gamang dan bimbang. Akankah usaha ini diteruskan?
Cadangan tabungan semakin menipis. Tapi kalau tidak beternak ayam, mau kerja apa? Masa depan semakin suram saja. Tapi Sutrisno mencoba memotivasi dirinya sendiri. Give it one more round. Coba sekali lagi. Semoga kali ini bertepatan dengan rezeki anaknya, Elsa yang baru berumur setahun.
Saat ayamnya berumur 9 hari, ia dikenalkan pada PROMIX (Herbal Probiotik). Setelah dijelaskan tentang cara kerja dan cara pakainya, diputuskannnya untuk mencoba. Gambling dia. Seumur-umur menjadi peternak, belum pernah Sutrisno menemui produk seperti ini, khususnya di Kalimantan Selatan. Bubuk jamu, katanya. 1 zak pakan ayam diberinya 3 sendok makan PROMIX (sekitar 0,5 ons). Pencampurannya langsung ke dalam zak sambil diaduk-aduk. Berdasarkan petunjuk, PROMIX dicampurkan ke dalam pakan minimal 6 jam sebelum diberikan ke ayam (yang paling baik 12 jam) agar cukup kesempatan bagi mikroba positif yang dikandung PROMIX untuk berkembang biak dan jumlahnya berlipat ganda.
3 hari pemberian telah menampakkan perubahan yang mendebarkan hati Sutrisno. Ayamnya begitu trengginas (lincah). Nafsu makannya amat ganas.. Saat mengisi tempat pakan yang terakhir, di ujung pertama sudah ludes tandas dilahap ayam–ayamnya. Sampai umur 12 hari jumlah kematian hanya 76. Biasanya sudah lewat 100 lebih, lapornya. Sementara kotoran ayamnya tampak lebih padat dan lebih kering. Dampak positifnya, bulu-bulu ayam di sekitar tulang dada tidak banyak yang rontok. Dulu-dulunya wilayah itu pasti gundul tak berbulu dan bau kotorannya tidak terlalu menyengat.
Asa mulai bertunas di hati sang peternak. Dia minta dikirimi PROMIX lagi karena dulu hanya mencoba 1 kg. Tatkala ayamnya berumur 14 hari, saya menyempatkan diri menengok ayamnya di kandang langsung. Dengan penuh semangat Sutrisno memaparkan betapa ayam–ayamnya nampak bulat-bulat penuh, fisik dan bobotnya layaknya sudah berumur 17 hari. Makannya, ampun, tidak lagi dilos melainkan dijatah, khawatir stok pakan kalah karena perusahaan mengirimnya setiap 3 hari sekali.
Hari ini ayam Sutrisno berumur 29 hari. Dari 5000 ekor ayam yang dipeliharanya, hanya 136 yang mati. Jauh di bawah toleransi perusahaan inti untuk kematian ayam yang 5%. Bobot ayam rata-rata 1,2-1,3 kg (yang biasanya baru tercapai saat umur ayam 31-32 hari, tutur Sutrisno). Pada hari ke 29 ini jumlah pakan yang dihabiskan 16 zak.
Alhamdulillah, harga PROMIX yang hanya Rp 17.000/kg terasa begitu ringan. Apalagi tiap kilogram PROMIX cukup untuk dicampurkan ke dalam 1 ton pakan ayam.
Tibalah hari yang mendebarkan.
Panen.
Ayam Sutrisno dipanen saat beumur 34 hari tepatnya tanggal 9 Maret 2008. Proses panen memakan waktu 3 hari. Dia sekarang bisa tersenyum karena panennya sangat bagus. Berikut ini saya lampirkan data resmi dari PT. Mitra Citra Gemilang (MCG) sebagai perusahaan inti yang menyajikan analisa usaha farm milik Sutrisno.