Laiknya kodrat penciptaan segala makhluk di jagat raya ini yang berpasang-pasangan: laki-perempuan, jantan-betina, siang-malam, suka-duka, rugi-untung, wangi-bau, demikian juga dengan peternakan-lalat. Di mana ada peternakan di situ ada lalat. Tak sekedar ada melainkan berjuta-juta lalat bersumber dan berkembang biak di lingkungan peternakan. Jika ini disebut takdir lalu mau apa kita. Sementara kita sangat membutuhkan hasil peternakan itu baik berupa daging, telur, susu maupun kulitnya ya kita harus ikhlas menerima kenyataan ini. Namun begitu, ada hal yang bisa dan sah untuk dilakukan, yakni mengendalikan populasi lalat agar tidak terlalu mengganggu lingkungan dan peternakan itu sendiri. Bali sebagai tujuan wisata bertaraf internasional wajib memandang persoalan lalat sebagai hal yang bukan sepele. Betapa memalukan kita jika rumah makan, penginapan, pasar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi para wisatawan juga ramai dikunjungi para lalat. Berikut ini kami sampaikan sebuah email … Lanjutkan membaca