Pada tanggal 7 Nopember 2012 kami menerima sebuah surat elektronik atau email dari Pak Amin Sri Widodo yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Beliau adalah peternak itik dan ayam kampung sebagai usaha sambilan di sela-sela aktifitasnya sebagai PNS di KPRI Amal Bhakti Semarang. Pak Amin telah berlangganan produk Ardhi Borneo Gemilang sejak setahun terakhir dan merasakan kecocokan karena hasil ternaknya bagus sekali, begitu dituturkannya saat kami hubungi beliau melalui telepon. Setelah kami download lampiran suratnya, berikut ini penuturan Pak Amin mengenai Ragi Tape Jerami yang dipergunakannya untuk menyiasati pakan ternaknya. Demikianlah kisah sebenarnya dari Pak Amin Sri Widodo tanpa kami tambah atau kurangi. Sampai sekarang beliau masih tetap eksis menjalankan usaha budidaya ternak itik dan ayam kampung tanpa terlalu terganggu oleh gejolak harga pakan pabrik semenjak memakai produk Ragi Tape Jerami. Berdasarkan analisa berbagai penelitian … Lanjutkan membaca
Category Archives: Ayam Kampung
Produksi tahu, tempe, tapioka, kecambah, dan penggilingan padi pada umumnya banyak diusahakan sebagai industri kecil dan industri rumah tangga di lingkungan sekitar kita. Sisa ampasnya masih banyak yang dipasarkan mentahan belum diolah menjadi komoditi produk yang memiliki nilai tambah. Kadang ampas pada musim penghujan tidak laku dijual dan membusuk menjadi kotoran yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Begitu juga sisa-sisa limbah sayuran pasar setiap hari hanya menimbulkan kotoran, belum termanfaatkan dan jumlahnya cukup banyak. Bahan-bahan untuk membuat 20 kg ransum basah adalah sebagai berikut: Dedak 3 kg Ampas (tahu, kelapa, singkong) 3 kg/masing-masing bagian Sisa-sisa tanaman dan hijauan 4 kg Tepung tapioka ½ kg Garam dapur 100 gr Air rendaman kapur 100 cc Air bersih 10 liter Kandungan Ransum Basah: Serat – karbohidrat – protein – garam – dan air . Untuk membuat ransum … Lanjutkan membaca
Laiknya kodrat penciptaan segala makhluk di jagat raya ini yang berpasang-pasangan: laki-perempuan, jantan-betina, siang-malam, suka-duka, rugi-untung, wangi-bau, demikian juga dengan peternakan-lalat. Di mana ada peternakan di situ ada lalat. Tak sekedar ada melainkan berjuta-juta lalat bersumber dan berkembang biak di lingkungan peternakan. Jika ini disebut takdir lalu mau apa kita. Sementara kita sangat membutuhkan hasil peternakan itu baik berupa daging, telur, susu maupun kulitnya ya kita harus ikhlas menerima kenyataan ini. Namun begitu, ada hal yang bisa dan sah untuk dilakukan, yakni mengendalikan populasi lalat agar tidak terlalu mengganggu lingkungan dan peternakan itu sendiri. Bali sebagai tujuan wisata bertaraf internasional wajib memandang persoalan lalat sebagai hal yang bukan sepele. Betapa memalukan kita jika rumah makan, penginapan, pasar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi para wisatawan juga ramai dikunjungi para lalat. Berikut ini kami sampaikan sebuah email … Lanjutkan membaca