Hukum Paradoks: Harga Pakan Naik, Harga Telur Turun

Views: 0

Setiap kali harga pakan diumumkan mau naik, justru harga telur turun duluan. Penyebabnya :

  1. Begitu GPMT rapat memutuskan menaikkan harga jual pakan yang akan berlaku beberapa hari kemudian, maka masing-masing pabrik menawarkan kepada peternak bahwa harga pakannya masih berlaku harga lama. Peternak dipersilakan beli sebanyak-banyaknya;
  2. Peternak merespon dengan beli pakan atau konsentrat lebih banyak dari biasanya untuk disimpan (stock);
  3. Tetapi pihak pabrik minta pembayarannya kontan atau bayar di depan (CBD);
  4. Peternak merespon dengan cara menjual telurnya kepada pedagang telur dengan minta pembayaran kontan. Biasanya jual telur secara kredit 7 – 14 hari. Tujuannya mendaptkan dana “segar” untuk bayar beli pakan harga lama;
  5. Pedagang telur merespon, sanggup membayar kontan tetapi minta potongan harga. Maka, turun lah harga telur;
  6. Pedagang telur memanfaatkan situasi “panic selling”, peternak diadu-domba harga telurnya dengan sesama peternak. Caranya dengan mengatakan dan menunjukkan bukti pembelian bahwa harga telur turun;
  7. Akhirnya terjadi lah harga telur melorot terus menuju titik terendah. Berapa dan kapan titik terendahnya, sulit diprediksi. Kira-kira sampai peternak “klenger”;
  8. Karena harga telur turun terus, maka peternak menunda chick in. Akibatnya harga DOC turun dan turun terus sampai bisa terjadi tidak ada harganya. Akibatnya para breeder tidak memasukkan telur tetasnya ke dalam mesin, tapi dijual ke pasar komersil. Harga telur tetas selalu lebih murah Rp 2.000 – 3.000,-/kg. Akibatnya harga telur “sudah jatuh ketimpa tangga”, turun terus;
  9. Akibat harga telur turun terus, maka peternak berebut pasar untuk menjual layer tua (afkir). Akibatnya, harga jual layer afkir turun karena kelebihan supply;
  10. Akibatnya, para breeder juga mempercepat jual induk tua, diafkir. Harga jual indukan afkir dari breeder juga selalu lebih murah dibanding afkiran layer komersil. Harga ayam afkir turun terus;
  11. Karena mau cepat habis baik afkiran layer komersil mau pun afkir indukan dari breeder, maka terjadi lah banting-bantingan harga layer afkir dan induk afkir;
  12. Pihak pemerintah melihat dengan “senang dan tenang” seolah-olah tidak terjadi apa pun. Mungkin malah bertepuk tangan karena pasar dapat subsidi dari peternak dan breeder sehingga menurunkan angka inflasi di sektor pangan.

tidak terjadi, mari kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang. “Semarang ke Boyolali, tidak bergoyang uang kembali”

Comments are closed.