Kompor INOVA – Pemanas Anak Ayam Alternatif Yang Kreatif

Tantangan yang dihadapi para peternak unggas (ayam/bebek pedaging, ayam/bebek/puyuh petelur), akhir-akhir ini semakin besar. Beban modal budidaya semakin berat saja. Berbagai komponen biaya tambah membengkak: harga pakan naik, harga OVK naik, harga sekam naik, pekerja upahnya minta naik, tarif listrik mau naik, ini naik dan itu naik. Jika harga jual panen ayam naik juga, peternak masih bisa menutupi biaya produksi dan masih bisa meraup keuntungan. Namun jika harga jual panen ayam hanya sebatas BEP atau bahkan di bawahnya, kerugian jelas menerpa para peternak. Seakan mendung menggelayut di atas langit dunia peternakan unggas.

Sebagai salah satu komponen biaya, pemanas (brooder) berada di posisi yang cukup vital. Kemampuan peternak untuk memilih alat pemanas yang efisien tanpa mengenyampingkan efektifitasnya sangat menentukan nilai keuntungan akhir nantinya.

Kali ini Ardhi Borneo Gemilang mengusung satu lagi hasil karya putera bangsa, yaitu Kompor INOVA. Kompor INOVA hadir untuk menjawab tantangan mahalnya harga bahan bakar, tingkat suhu yang ideal, keawetan alat, kemudahan pengoperasian, keamanan, dan lain sebagainya.

Kompor INOVA ini terdiri dari 2 silinder. Yang di dalam sebagai tungku pembakar dan yang di luar sebagi tabung pengatur turbulensi udara. Kompor INOVA memang dirancang agar bisa memerangkap asap sisa pembakaran untuk kemudian dibakar ulang dan dibantu turbulensi udara untuk suplai oksigen yang cukup, tidak kurang dan tidak perlu berlebih. Di bagian bawah ada katup pengatur suplai udara. Kompor INOVA lebih hemat bahan bakar bio-massa sampai dengan 30% bila dibandingkan dengan kompor pemanas yang konvensional 1 silinder. Bahan bakar yang bisa dipakai juga bermacam-macam sesuai dengan ketersediaan yang mudah dan murah, yaitu antara lain:

  • arang kayu
  • arang batok kelapa
  • arang serbuk kayu yang di-pres
  • kayu atau ranting kayu dengan diameter 2-4 cm, panjang 5 cm
  • briket batu bara
  • batu bara
  • dan bio-massa yang memungkinkan lainnya.

Kompor INOVA menghasilkan nyala api berwarna kuning, tidak biru. Perlu diketahui justru api yang berwarna kuninglah yang paling panas yang merupakan hasil pembakaran gas hidrogen. Bukankah gas hidrogen pula yang dipakai sebagai bahan bakar roket? Api yang berwarna biru adalah hasil dari pembakaran gas methanol, spiritus, LPG, CGN, BBG dan lain-lain. Sedangkan api yang berwarna merah adalah hasil pembakaran sulfur yang ada di kayu dan batu bara.

Salah satu sisa pembakaran adalah asap, selain energi berupa panas. Asap sisa pembakaran bila dibakar ulang dengan suhu di atas 300° C akan terurai menjadi gas methan, hidrogen CO2, CO, nitrogen dan lain-lain. Suhu tinggi bisa diperoleh dari bantuan pembakaran gas-gas tersebut dengan bantuan oksigen dalam jumlah yang cukup. Maka kompor INOVA ini bisa bersih tanpa asap, ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Untuk digarisbawahi keuntungan memakai kompor INOVA adalah:

  1. Bersih dan ramah lingkungan. Emisi gas buangnya hampir tidak ada, tanpa asap dan bau karena pembakarannya sempurna yaitu bisa mencapai >400° Celcius.
  2. Bila bahan bakarnya pakai briket batu bara dengan kalori >5.500/kg, panasnya bisa mencapai >500° Celcius di pusat nyala api dan di dalam indukan (brooder) bisa mencapai 32-35° Celcius.
  3. Kapasitas tungku bisa menampung 9 kg briket batu bara bentuk bulat telur atau bentuk buah jengkol. Sekali disulut bisa menyala terus selama 12 – 15 jam, tergantung bukaan jendela bagian bawah.
  4. Operasionalnya mudah, pakai kayu atau ranting kayu dicelup solar, spiritus atau minyak tanah kemudian disulut, bisa langsung membara.
  5. Kapasitasnya bisa dipakai memanasi anak ayam 1.000 ekor dengan diameter chick guard 4 meter.
  6. Tahan lama atau awet karena dibuat dari bahan tahan panas sampai dengan 1.000° Celcius dengan casing dari bahan stainless steel.
  7. Biaya operasionalnya murah dibanding pakai LPG atau minyak tanah. Bila harga briket batu bara Rp 2.000,-/kg, isi 9 kg = Rp 18.000 x 15 hr = Rp 270.000,- per periode untuk 1.000 ekor = Rp 270,-/ekor. Bila pakai LPG 50 kg atau minyak tanah, biayanya bisa mencapai >Rp 400,-/ekor. Hematnya luar biasa.

Nah, menarik bukan? Jika berminat, silakan lihat harganya klik di sini

 Artikel terkait :

Comments are closed.