Pada malam itu saya sedang membuka-buka buku jurnal pemesanan dari pelanggan-pelanggan Ardhi Borneo Gemilang. Entah kenapa hati ini tergerak untuk memperhatikan pelanggan dengan nomer pemesanan 1.112 tanggal 26 September 2012 atas nama Hendi yang beralamat di RT 07 RW 01 Kampung Kedung Jarian, Desa Sidaharja, Kec. Lakbok, Ciamis – Jawa Barat. Yang dipesannya adalah Protexol, Ragi Tape Jerami, Viterpan Unggas, Avispro dan Toxilat dikirim dengan Herona Express nomer resi 81634.
Tertera nomer handphonenya, segera saya kontak Pak Hendi. Ramah, ceplas-ceplos apa adanya itu kesan yang saya dapatkan dari peternak bebek yang masih usia muda ini. Diceritakannya bahwa sejarah peternakan bebeknya dia tulis di akun Facebooknya. Jadilah kami berteman di Facebook kemudian.
Di akhir bulan Oktober 2012 saya mengirim sebuah pesan di halaman Facebook Pak Hendi sekedar menanyakan kabarnya dan bagaimana peternakannya. Jawabannya sungguh dahsyat! Saya sampai merasa perlu men-screenshot dialog kami di Facebook seperti berikut ini:
Tergetar dan haru menelusup di dada membaca tulisan jujur apa adanya dari seorang pelanggan yang belum pernah saya bertemu muka dengannya secara langsung. Ada desir bahagia menyaksikan Ardhi Borneo Gemilang dan www.arboge.com memberi manfaat bagi pelanggan dan pembacanya. Alhamdulillah. Segala puji bagi Alloh seru sekalian alam.
Sontak saya hubungi Pak Hendi dan langsung saya ungkapkan keinginan untuk berkunjung ke Ciamis. Disambutnya keinginan saya dengan hangat. Singkat kata, berangkatlah saya pada tanggal 5 Nopember 2012 sekalian ada keperluan di Surabaya dan Yogyakarta. Dan pada tanggal 8 Nopember 2012 tibalah saya di Ciamis. Setelah semalam melepas penat di hotel, keesokan harinya saya meluncur ke TKP dengan menumpang bus ke arah Banjar. Dilanjutkan dengan naik ojek yang ongkosnya 100.000 pergi-pulang saking jauhnya – sebuah perjuangan yang saya yakini worth doing (layak dilakukan).
Sekitar pukul 1 siang seusai sholat Jumat saya tiba di lokasi. Saat itulah pertama kali saya bertemu muka dengan Pak Hendi yang benar sangat masih muda. Saat masuk ke dalam kandang, benar tak tertangkap indera penciuman saya bau khas kandang bebek yaitu bau menyengat. Saya lihat anaknya malah dengan tenang tidur di atas sebuah bale-bale di dalam kandang. Dengan penuh semangat Pak Hendi mengajak saya meninjau seluruh bagian kandang sambil sekali-kali menerima telepon dari pelanggannya. Total populasi bebek yang dibudidayakannya beserta beberapa mitra di kampung itu mencapai 6.000 ekor .
Penataan kandangnya teratur dan terencana dengan baik. Petak kandang untuk pembesaran ukurannya 3 x 8 meter untuk 80 ekor bebek. Tempat minum terbuat pipa paralon yang dibelah dua ditempatkan di geladak di bagian tepi. Di bawahnya dibuat saluran pembuangan air. Tujuannya supaya lantai kandang yang dialasi jerami tidak basah dan tetap hangat. Air minum yang tersedia diberi Viterpan Unggas dosis 1 cc/liter air. Kondisi ini menjaga kesehatan bebek serta menjadikan bebek nyaman bermain dan tidur di lantai kandang. Pada foto di samping ini tampak bebek lokal berumur 36 hari yang gemuk, lincah dan sehat.
Kandang khusus DOD sampai berumur sekitar 20 hari bentuknya mirip hanya lebih tertutup. Untuk penghangat disediakan lampu bohlam dengan ukuran 1 watt per ekor. Menurut Pak Hendi, kalau belum bisa menetaskan DOD sendiri, usahakan membeli DOD yang umurnya di atas 3 hari agar peternak tidak dirugikan oleh kematian dini yang tidak perlu saat anak bebek tiba di kandang. Perhatikan penyediaan tempat khusus minum yang berbentuk geladak bambu. Lantai kandang dilapisi jerami kering yang hangat dan cukup empuk bagi anak bebek untuk bermain, makan dan tidur di atasnya.
Peternak bebek harus menyediakan 4 kg pakan/ekor untuk 40 hari masa pemeliharaan. Pakan dibeli di awal pada 1 waktu dan 1 harga agar tidak repot dan mudah dalam perhitungan usaha. Jatah 1 kg konsentrat starter wajib untuk anak bebek sampai umur 14 hari. Setelah itu diberi pakan campuran 50% konsentrat grower + 50% dedak yang difermentasi terpisah dengan Ragi Tape Jerami sampai umur 20 hari. Selanjutnya cukup dengan 75% nasi aking + 25% dedak yang difermentasi bersamaan + diseduh 20% air larutan Viterpan Unggas. Fermentasinya: 1 kwintal bahan pakan + air 12 liter + 50 gr Ragi Tape Jerami lalu dimasukkan ke dalam zak bekas pakan, 3 hari matang.
Hasilnya, meski bibitnya lokal, perkembangannya sangat luar biasa. Tak perlu mahal-mahal pakai bibit hibrida, kata Pak Hendi, terlebih dengan dibantu produk dari Ardhi Borneo Gemilang yang mujarab. Bebek menjadi sehat, lincah, gemuk dan tidak banyak matinya. Bebek yang sakit dipisahkan, dipuasakan pagi sampai siang, baru sorenya diberi makan dan minum larutan Avispro sampai sembuh. Tak perlu antibiotik maupun vaksin, tegasnya. Bebek yang terkena ND (New Castle Desease/tetelo) bisa tetap hidup dan gemuk meski lehernya melintir, ujar Pak Hendi sambil tertawa.
Perhitungan bisnis mengarahkan Pak Hendi untuk tidak lagi melepas panen bebek dalam keadaan hidup melainkan dia jual karkasnya (daging bersih tanpa jerohan, tanpa kepala dan tanpa kaki). Lebih banyak untungnya! Jerohannya diberikan ke bebek di kandang sebagai tambahan protein. Guna menghasilkan mutu karkas yang baik, setelah disembelih dengan memenuhi standar halal, bebek dicelupkan ke air panas 60°C sebentar kemudian dicabuti bulunya. Pada tahap ini 95% bulu bisa dilepas tapi menyisakan 5% bulu halus dan dalam. Meski sedikit tapi sangat mengganggu. Pasar menghendaki karkas yang bersih mulus.
Untuk itu Pak Hendi memanfaatkan parafin/malam/wax yang biasa dipakai pengrajin batik untuk menuntaskan sisa bulu-bulu bebek. Parafin dipanaskan di kuali sampai mencair. Bebek dicelupkan sampai rata terselimuti seluruh bagian tubuhnya lalu cepat-cepat dimasukkan ke bak berisi air dingin. Parafin akan seketika membeku dan melekat ketat di kulit bebek. Biarkan beberapa saat. Sambil menunggu Pak Hendi bercerita bahwa sejak memakai Viterpan Unggas dan pakan fermentasi dengan Ragi Tape Jerami daging bebeknya semakin padat berisi. Pelanggannya banyak memuji kualitas daging bebek produksinya.
Setelah seluruh bebek terselimuti parafin beku, mulailah parafin dikelupas perlahan-lahan. Sisa-sisa bulu akan tercerabut bersama lapisan parafin beku. Hasilnya adalah daging bebek akan bersih, putih dan mulus begitu cantik. Satu-persatu bebek diperlakukan seperti itu. Tentu saja tidak sendirian Pak Hendi melakukannya melainkan dibantu istri dan ibu-ibu tetangga sekitar yang bekerja bersamanya. Hitung-hitung membantu memberi kegiatan yang produktif bagi masyarakat sekitar. Total tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ini mencapai 100 orang, cetusnya bangga.
Setelah semuanya bersih, karkas bebek dibungkus plastik, ditimbang, ditulis berat nettonya pada kemasan lalu dimasukkan ke dalam freezer. Karkas bebek dijual dalam keadaan frozen (membeku) kepada para pelanggan. Wilayah pemasaran bebek Pak Hendi meliputi Ciamis, Banjar, Tasikmalaya dan Bandung. Ke depan Pak Hendi berencana lebih mengembangkan volume usahanya karena pasar bebek masih sangat terbuka lebar. Suplai daging bebek yang berkualitas masih sangat kurang sementara minat masyarakat pada kuliner daging bebek semakin tinggi. Selamat Pak Hendi, pejuang ekonomi kerakyatan!