Protexol Dan Toxilat Kombinasi Ajaib Hadapi Lalat

Tulisan berikut ini adalah sumbangan dari drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, agen Ardhi Borneo Gemilang di Makassar – Sulawesi Selatan (profesi sebagai kepala produksi di sebuah kemitraan ayam di Kabupaten Maros) melalui e-mail pada tanggal 20 Februari 2013.

Sebelum saya menceritakan kisah nyata ini ada baiknya para pengunjung website ini untuk mengetahui sedikit pengetahuan tentang bahaya lalat di peternakan ayam. Di sebuah peternakan, seperti telah menjadi sebuah tradisi, suatu saat bahkan setiap saat dapat ditemukan sekawanan lalat, terlebih lagi saat musim penghujan. Kadang kala keberadaan lalat tidak terlalu diperhatikan oleh peternak, namun suatu saat adanya lalat ini membuat peternak pusing dan kebingungan mengusir maupun mengatasinya. Bahkan belakangan ini, keberadaan lalat telah berhasil memberikan ‘kesan dan pesan’ tersendiri.

Lalat adalah sejenis serangga yang selalu dan sering kali kita temukan berterbangan di dalam kandang. Kita telah tahu bahwa lalat bukan penyebab penyakit pada ayam karena tidak ada ‘penyakit lalat’ (seperti halnya penyakit Gumboro yang disebabkan oleh virus Gumboro). Oleh karenanya kita sering mengabaikan keberadaan lalat ini. Tapi, benarkah lalat tidak perlu memperoleh perhatian kita? Sudah benarkah kita mengabaikannya?

Mengenal Lalat

Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari sub-ordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi untuk menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6 – 3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya.

Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi ‘ilham’ bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.

Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.

Beberapa jenis lalat dapat menyerang suatu peternakan. Namun 95% jenis lalat yang sering ditemukan di peternakan ialah lalat rumah (Musca domestica) dan little house fly (Fanny canicularis). Jenis lalat lainnya seperti lalat buah (Lucilia sp.), lalat sampah berwana hitam (Ophyra aenescens) maupun lalat pejuang (soldier flies) juga sering mengganggu lingkungan peternakan.

Siklus Hidup Lalat

Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu: telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat betina dewasa mampu menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari. Dalam waktu 3-4 hari, seekor lalat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 500 butir.

Keberadaan Lalat Berbahayakah?

Pernahkah kita mendengar ada penyakit lalat, seperti halnya penyakit Newcastle Disease (ND) yang menyerang ayam? Tentu belum pernah. Lalat sebenarnya bukan suatu agen infeksi melainkan peranannya lebih cenderung sebagai vektor atau agen pembawa atau penular penyakit. Peranan lalat menularkan penyakit ini didukung dari bentuk anatomi tubuhnya yang banyak terdapat bulu sehingga bibit penyakit (virus, bakteri, protozoa) melekat dan tersebar ke ternak/hewan lain. Selain itu, lalat juga mempunyai cara makan yang unik, yaitu lalat meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair baru disedot ke dalam perutnya. Cara makan inilah yang ikut disinyalir sebagai cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh lalat kemudian menulari/menginfeksi ayam. Terlebih lagi kita tahu dan tak jarang menemukan lalat sedang hinggap di ransum ayam.

Bagaimana Memberantas Lalat Yang Aman Bagi Manusia, Ternak, Dan Lingkungan?

Kisah nyata ini berasal dari Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Maros. Awal Januari 2013 merupakan masa yang tidak mungkin dilupakan masyarakat Kabupaten Maros. Bagaimana tidak? Hujan lebat disertai angin kencang dalam beberapa hari membuat sebagian daerah di Kota Maros terendam banjir. Peternak Maros pun tidak luput dari adanya  musibah kandang roboh yang disapu angin dan banjir. Setelah guyuran hujan tersebut pastilah meninggalkan bau tak sedap di bawah kandang dan bertambah banyaknya populasi lalat dari sebab lalat menyukai tempat yang lembab.

Hal yang sama dialami H. Arifuddin seorang peternak veteran atau boleh dikatakan sangat senior di Desa Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros yang memiliki populasi ayam broiler 2.700 ekor. Sewaktu saya berkunjung ke kandangnya saya mencium bau amonia yang sangat tinggi sekali pas saat itu umur ayam kalau tidak salah 25 hari dan sebentar lagi sudah masuk umur panen. Bukan cuma itu H. Arifuddin mengeluhkan banyaknya lalat yang ada di kandang maupun di rumahnya disebabkan posisi kandang persis di samping rumah beliau. Sewaktu masuk ke kandang saya kaget karena ayam ada yang sudah menunjukkan gejala Coryza dengan adanya pembengkakan di kepala dan ada beberapa ekor yang mulai menunjukkan gejala ngorok. Tidak berfikir lama saya langsung menganjurkan mencobakan produk PROTEXOL untuk penghilang bau amonia dan TOXILAT  untuk obat pembasmi lalat kepada H. Arifuddin. Disarankan dosis 3 gelas air mineral 220 ml untuk alat semprot pertanian kapasitas 15 liter yang dicampurkan dengan air disemprot ke tempat yang menimbulkan bau amonia.

Eitsss tapi tunggu dulu PROTEXOL tidak hanya berfungsi sebagai desinfektan penghilang amonia tetapi juga sebagai anti larva lalat. Untuk penggunaan TOXILAT sebagai obat pembasmi lalat saya anjurkan secara tabur dan oles. Sebelum memberikan PROTEXOL dan TOXILAT saya memberitahukan kepada beliau kalau ayam beliau diobati dengan menggunakan dosis pengobatan maka akan mengeluarkan banyak biaya pembelian obat-obatan. Saya anjurkan untuk mengatasi dulu sumber permasalahannya baru memberikan obat untuk dosis pencegahan karena jika akar permasalahannya masih ada maka percuma juga diobati.

Setelah mengikuti anjuran saya Indeks Performans (IP) ayam H. Arifuddin ternyata mencapai > 300. Saya sebagai Health Control merasa senang dan bangga karena peternak saya mendapatkan hasil yang maksimal. Satu pesan saya buat Anda peternak Indonesia: TRY THIS AT YOUR FARM IMMEDIATELY !!!

Comments are closed.