Tataniaga Ayam Broiler: Monopsoni

Views: 0

Bakul Ayam BroilerMonopsoni adalah keadaan di mana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas. Kondisi monopsoni sering terjadi di daerah-daerah perkebunan dan industri hewan potong (ayam), sehingga posisi tawar menawar dalam harga bagi petani/peternak adalah nonsen. Perlu diteliti lebih jauh dampak fenomena ini, apakah ada faktor-faktor lain yang menyebabkan monopsoni sehingga tingkat kesejahteraan petani berpengaruh.

Saluran Tataniaga Ayam Broiler
Tataniaga yang terjadi pada suatu komoditas tidak terlepas dari pengaruh struktur pasar yang terjadi. Di samping itu, pada perdagangan ayam broiler (ras) saluran tataniaga dipengaruhi juga adanya produk yang dihasilkan secara periodik dan produsen relatif tersebar. Sebagai konsekuensinya harga daging ayam sangat dipengaruhi fluktuasi pasokan. Secara umum usaha para peternak mandiri ayam broiler, hasil produksinya dijual kepada para pedagang pengumpul yang terdapat di desa-desa kemudian ke pedagang besar atau ke pedagang-pedagang pengecer yang berada dalam 1 wilayah maupun di luar wilayah kabupaten bahkan sampai ke kota-kota besar. Saluran tataniaga ayam broiler yang terjadi secara rinci disajikan pada gambar berikut:

 

Hasil produksi ayam broiler oleh para peternak mandiri yang dijual mencapai 90 persen dari produk yang dihasilkan. Sisanya sekitar 10 persen dikonsumsi baik dikonsumsi sendiri maupun untuk keperluan ritual yang dibagikan kepada sanak saudara. Pada gambar di atas, peternak mandiri dalam melakukan penjualan sebagian besar adalah kepada pedagang pengumpul. Untuk peternak plasma, produksi ayam broiler semuanya dijual kepada pedagang pengumpul yang ditunjuk perusahaan inti. Para pedagang pengumpul dalam memperoleh komoditas dagangannya adalah menerima penjualan dari para peternak yang langsung menjual kepada mereka tetapi yang paling banyak dengan “sistem jemputbola”. Terlebih-lebih dalam upaya memperoleh dagangannya di luar daerah dan pada saat-saat permintaan daging ayam sangat tinggi. Momen semacam itu terjadi pada saat-saat hari raya keagamaan seperti hari raya Idul Fitri, hari Natal dan tahun baru. Para pedagang besar dalam upaya memperoleh komoditas dagangannya memperoleh pasokan dari para peternak dan pedagang pengumpul yang langsung datang. Untuk penjualan yang mereka lakukan di samping di wilayah sekitar, mereka juga melakukan penjualan di kota-kota besar utamanya Jakarta.

Berdasarkan gambar 1 terdapat 5 saluran dalam sistem pemasaran ayam ras pedaging (broiler) yaitu:

  • Saluran I : Peternak – P. Pengumpul – P.Eceran – Konsumen
  • Saluran II : Peternak – P. Pengumpul –Konsumen
  • Saluran III: Peternak – P. Pengumpul – P.Besar – P. Eceran – Konsumen
  • Saluran IV: Peternak – P. Besar – P. Eceran – Konsumen
  • Saluran V : Peternak – P. Eceran – Konsumen

Bentuk usaha ternak ayam ras pedaging di Indonesia adalah sistem plasma dan sistem mandiri. Pada peternak plasma menggunakan tiga saluran pemasaran dan yang dominan saluran peternak –
pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen. Sedang peternak mandiri lebih bervariasi ada lima saluran pemasaran dan yang dominan adalah saluran peternak – pedagang pengecer – konsumen.

Rataan sebaran marjin pemasaran yaitu penerimaan peternak 53%, biaya tataniaga 9,44% dan keuntungan lembaga tataniaga 37,55%. Dari sebaran marjin pemasaran per saluran terdapat kecenderungan bahwa peternak mandiri lebih efisien daripada dibandingkan peternak plasma. Namun resiko kegagalan usaha peternak mandiri sangat besar di mana peternak menghadapi fluktuasi harga dan jumlah yang tinggi untuk input khususnya DOC dan pakan, sedang dari skala usaha peternak plasma lebih besar dibandingkan peternak mandiri, sehingga tingkat efisiensi dari saluran pemasaran peternak mandiri belum mencerminkan kelayakan usaha. Elastisitas transmisi menunjukkan perubahan harga di tingkat pengecer maupun pedagang tidak sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat peternak. Hal ini disebabkan oleh keterkaitan peternak terhadap inti/perusahan penyedia input, harga telah ditentukan di depan sesuai kontrak antara plasma dan inti. Begitu juga elastisitas transmisi pedagang pengecer terhadap pedagang pengumpul lebih besar daripada elastisitas transmisi pedagang pengumpul terhadap peternak, hal ini menunjukkan peternak relatif kurang bisa menerima signal pasar daripada pedagang. Hal ini juga mengindikasikan pedagang lebih baik menerima informasi pasar daripada peternak dan juga ketergantungan yang besar peternak terhadap perusahaan penyedia input sehingga posisi tawar peternak sangat lemah.

Implikasi dari kesimpulan bagi peternak adalah para peternak bersatu dalam suatu lembaga seperti koperasi sehingga akan memperoleh kemudahan memperoleh input dan melakukan pemasaran. Sudah banyak koperasi peternak sapi perah, koperasi peternak sapi pedaging, koperasi peternak ayam buras dan koperasi, tapi koperasi peternak ayam broiler hampir tak pernah terdengar keberadaannya. Saatnya para peternak ayam broiler bersatu kalau mau maju. Bagi pedagang diupayakan tidak hanya memikirkan keuntungan sendiri, dalam jangka panjang keberlangsungan usaha diutamakan dengan menciptakan perdagangan yang adil bagi semua pihak baik bagi pedagang sendiri maupun peternak.

Comments are closed.