Bibit, Bebet Dan Bobot Pullet

Kenyataan di lapangan jarang peternak ayam petelur mandiri yang menyiapkan pullet sendiri terkecuali peternakan skala besar yang merupakan suatu organisasi usaha dari hulu ke hilir pasti menyiapkan pullet secara kontinyu untuk keperluan intern maupun untuk dijual. Ketelitian peternak pembeli pullet atas kualitas pullet sangat menentukan produktifitas layer pada saatnya nanti. Falsafah Jawa seperti judul di atas penulis angkat sebagai tolok ukur tergamblang kualitas pullet. Kebanyakan peternak layer terlena oleh nama besar perusahaan penyedia pullet yang diyakini selalu menjaga kualitas produk dan brand nya. Namun jangan lupa bahwa semua kegiatan ini melibatkan manusia dengan berbagai karakter dan kepentingan. Maksudnya tetap ada kemungkinan ketidakbenaran dan ketidakcocokan antara mutu yang dijanjikan dengan kenyataan. Bukan curiga tapi mengajak para peternak waspada dan jangan mudah percaya tanpa pengawasan. Sekitar 2 minggu yang lalu, Jaya Karya Farm meminta bantuan penulis untuk mensurvei pullet sebanyak 3000 ekor. Lokasi kandang pullet ada di Desa Telaga Langsat, Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut, Kalsel. Pemilik kandang pullet tersebut adalah mitra plasma dari sebuah perusahaan ternak besar berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini memiliki nama besar terutama lewat produk pakannya. Kami berangkat berempat ke lokasi yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil. Cuaca cukup bersahabat dengan sinar matahari yang tidak terlalu terik. Ditambah hembusan angin pantai yang cukup terasa karena lokasi berdekatan dengan laut Jawa.

Singkat cerita kami tiba di sana langsung menuju kandang yang ditunjuk. Ada 4 pen (kandang) yang akan disurvei. Tim segera menyiapkan peralatan seperti alat timbang dan sebagainya. Pullet berumur 20 minggu. Berdasar data recording kandang, kami simpulkan pullet berasal dari bibit yang baik dengan tingkat kesehatan yang cukup baik. Tinggal dicari bobot yang diinginkan yaitu minimal 1,4 kg tidak boleh kurang.

Prosedur seleksi yang kami lakukan adalah:

  1. Buat semacam 2 garis diagonal bayangan di dalam bidang pen.
  2. Lakukan sampling bobot pullet di 4 titik sudut dan 1 titik tengah sejumlah berapapun ayam yang terjaring di sana.
  3. Catat dengan teliti semua hasil penimbangan.
  4. Data timbang itu dipakai untuk menganalisa pen yang mana yang paling layak untuk diproses lebih lanjut.

Hasil analisanya kemudian memberi kesimpulan hanya 2 pen yang memenuhi persyaratan dari segi bibit (bentuk pial atau jengger yang ideal sebagai indikatornya), bebet (tingkat kematangan kelamin dari bentuk ovariumnya) dan bobot (persentase pullet sampling ≥ 1.4 kg di atas 80%).

Pada hari berikutnya kami lanjutkan dengan seleksi ayam plus pengangkutan. Hasilnya, dari target 3000 ekor pullet kami hanya memperoleh 2136 ekor yang benar-benar memenuhi standar bibit, bebet dan bobot yang baik. Tidak mengapa, karena ini lebih menjamin tingkat produktifitas telur yang diharapkan.

Alhasil, setelah satu minggu pullet berada di kandang Jaya Karya Farm sudah mampu menghasilkan 217 butir telur (± 10% dari populasi). Tren produksi terus naik sampai saat ini setelah 2 minggu produksi mencapai 574 butir telur (± 27% dari populasi). Fakta ini membuktikan bahwa seleksi yang benar dengan falsafah mencari bibit, bebet dan bobot yang baik akan menolong peternak ayam petelur memaksimalkan produksi sekaligus menekan FCR.
Semoga tulisan ini bisa membantu dan memberi dorongan semangat bagi para peternak khususnya peternak ayam petelur.

Comments are closed.