Pada artikel yang terdahulu berjudul Bibit, Bebet Dan Bobot Pullet penulis berusaha meyakinkan para pembaca sekalian agar hati-hati dan waspada pada saat membeli pullet. Sekarang kita akan coba mengangkat persoalan manajemen pakan yang tentu saja berangkat dari pengalaman penulis di lapangan. Pakan menghabiskan 70 % biaya budidaya, ini sudah jamak diketahui dan dipahami oleh sekalian para peternak. Terlebih lagi jika pakan yang dipakai adalah pakan jadi hasil olahan pabrik pakan dengan segala promosi keunggulannya baik itu substansi nutrisinya, kesiapan logistiknya, dukungan teknisinya dan lain sebagainya. Biasalah, namanya promosi. Kenyataan di lapangan, para peternak kerap dibuat bingung mendapati kualitas pakan yang dibelinya tidak selalu konstan dan stabil. Ini nyata dilihat dari wujud fisik dari pakan itu sendiri maupun respon ayam setelah memakannya berupa nafsu makannya, produksi telurnya, naik turunnya bobot badannya dan sistem kekebalan tubuhnya. … Lanjutkan membaca
Tag Archives: TDN
Sutrisno, seorang peternak muda dari Desa Ranggang, Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan, duduk sambil menghisap sebatang rokok merenungi usaha ternak ayam broilernya. 2 periode sudah ia mengalami deraan kerugian yang entah kenapa sebabnya bisa terjadi. Semua prosedur standar dari perusahaan inti, ia seorang peternak plasma, telah dipenuhinya. Tak cukup itu, berbagai ikhtiar atas upaya dan biaya pribadi sudah pula dijalani. Maksud hati hendak mengulangi keberhasilan besar saat panen periode 1, tapi apa lacur, ayamnya bergelimpangan meregang nyawa akibat serangan berbagai penyakit. Tingkat kematian tinggi, FCR kelewat tinggi. Bobot ayam panen susah mencapai 1,7 kg. Alhasil, saat perhitungan rugi laba tak sepeserpun tersisa buat dirinya. Bahkan di data analisa usaha perusahaan, Sutrisno dibukukan minus. Praktis 35 hari kerja keras perperiodenya ibarat kerja bakti. Gamang dan bimbang. Akankah usaha ini diteruskan? Cadangan tabungan semakin menipis. … Lanjutkan membaca
Penelitian tentang pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum ayam buras terhadap produksi dan kualitas telur, kadar air feses dan nilai ekonomis telah dilakukan oleh ZAINUDDIN dan WAHYU (1996). Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 200 ekor ayam buras petelur yang ditempatkan di dua lokasi, yaitu lokasi Cakung dan Pondok Rangon, Jakarta. Setiap lokasi terdiri atas 100 ekor, dengan dua perlakuan pakan yaitu (1) ditambah 0,25% probiotik dan (2) tanpa probiotik. Setiap perlakuan digunakan 50 ekor ayam buras, yang terbagi dalam lima ulangan, masing-masing 10 ekor. Ayam buras tersebut ditempatkan secara acak ke dalam kandang baterei. Jumlah pakan yang diberikan sama, yaitu estimasi antara 80−100 g/ekor/hari, sedangkan air minum ad libitum. Penelitian ini dilakukan selama 10 minggu masa produksi telur. Ayam buras yang diberi ransum dengan probiotik 0,25% selama 10 minggu menunjukkan peningkatan produksi telur sebanyak 19−26%. Hal ini disebabkan karena adanya mikroba di dalam probiotik yang berfungsi sebagai enzim proteolitik (pengurai protein) maupun lignolitik (pengurai serat kasar), sehingga pakan … Lanjutkan membaca