Mengedukasi dan membina anak kandang secara berkala untuk meningkatkan kapasitas pengetahuannya, menghargai, memperlakukan secara manusiawi, memposisikan sebagai partner kerja dan aset perusahaan, serta mengangkat derajatnya menjadi lebih baik sangat penting dalam menjaga loyalitas guna mengoptimalkan hasil produksi di peternakan.
Di ranah produksi, banyak faktor yang bisa menunjang keberhasilan usaha peternakan ayam. Produktifitas ayam yang bisa optimal dan sesuai dengan yang diharapkan salah satunya tidak terlepas dari peran anak kandang atau operator kandang.
Pemilik peternakan memiliki strategi yang berbeda-beda dalam mengelola SDM (Sumber Daya Manusia) termasuk dalam hal ini anak kandang. Galih Tantyo Yuwono, peternak broiler (ayam pedaging) di Bogor, Jawa Barat memiliki strategi khusus agar karyawannya tetap loyal kepadanya.
Generasi kedua dari usaha peternakan berbendera Budi Agung Farm ini mengakui anak kandang berperan paling penting karena menjadi ujung tombak di produksi. “Anak kandang yang baik menjalankan instruksi dari pimpinan atau PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dan supaya punya dasar teori yang cukup, kami rutin memberangkatkan mereka untuk mengikuti pelatihan,” ungkapnya.
Pria yang mulai mempelajari usaha peternakan ayam di 1998 dan terjun langsung mengelola sejak 2015 ini berpendapat, perlu peran pihak luar untuk mengedukasi anak kandang dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya. Apalagi kebanyakan anak kandang adalah lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau SMU (Sekolah Menengah Umum).
Selain tentunya, terus meng-update pengetahuan anak kandang dari kasus per kasus yang terjadi di peternakan untuk mencegah hal itu terulang lagi. “Pelaporan harian terkait penggunaan pakan, kematian, kondisi ayam dan sebagainya sangat penting agar penanganan bisa cepat ketika sesuatu terjadi. Melalui pelaporan harian ini, anak kandang juga tidak diberi ruang untuk melakukan kecurangan,” paparnya.
Galih tidak menampik jika semua yang dilakukan karyawan ujung-ujungnya adalah uang atau penghasilan. Selama ini ia menerapkan sistem penggajian per kg panen namun ia sedang mencoba menerapkan per periode panen. “Dari pengalaman satu kandang yang anak kandangnya digaji per periode panen, sudah 6 periode tidak pernah gagal, hasilnya bagus terus, dan IP (Indeks Performa) tidak pernah di bawah 270,” klaimnya.
Analisanya, dengan penggajian per periode, anak kandang lebih nyaman bekerja dan bersemangat karena sudah mendapat kepastian penghasilan, tinggal mengejar bonus dari hasil produksi yang optimal. “Pola ini akan saya tawarkan ke anak kandang yang lain. Dengan gaji yang jelas ditambah bantuan beras dan uang makan untuk satu periode diharapkan anak kandang tetap loyal bekerja dan melakukan yang terbaik karena merasa dihargai dan diorangkan. Saya pun senang kalau gaji karyawan besar yang berarti hasil produksi ayamnya bagus-bagus,” papar Galih.
Sangat Krusial
Anak kandang berperan sangat krusial terhadap keberlangsungan usaha peternakan ayam. Tanpa mereka, bisa dipastikan seluruh kegiatan pelaksanaan manajemen ayam akan berhenti bahkan bisa lumpuh total.
Direktur PT. ISSU Medika Veterindo, Sugeng Pujiono mendefinisikan anak kandang sebagai tenaga kerja yang berada di bagian produksi, bertugas menjalankan sistem manajemen ayam baik di broiler (ayam pedaging) maupun layer (ayam petelur) secara baik dan benar dengan sasaran menghasilkan performa yang diharapkan. Tugas dari anak kandang antara lain menjaga kebersihan kandang dari saat kandang masih kosong hingga pasca panen, memberikan pakan berikut obat/vitamin serta vaksin sesuai jadwal yang ditetapkan serta memonitor kesehatan ayam.
Posisi anak kandang ini bisa dibagi berdasarkan kebutuhan yang ada. Ada yang bertindak sebagai kepala kandang atau farm manager yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan manajemen ayam secara keseluruhan. Ada juga yang bertindak sebagai pemberi pakan dan obat/vitamin, sebagai vaksinator, sebagai pencatat data/administrasi, dan lain-lain.
Di lapangan, kesalahan yang kerap terjadi dan dilakukan oleh anak kandang lebih bersifat teknis, namun jika dibiarkan bisa berakibat lebih runyam dan fatal. Sebagai contoh, pemanasan DOC (ayam umur sehari) yang terlalu cepat waktunya dan tidak merata; masa istirahat kandang terlalu cepat waktunya atau kurang dari dua minggu pasca panen; lalai saat penggantian pakan dan air minum; dan lalai dalam menjaga kebersihan kandang. “Semua kesalahan itu terlihat sepele, tetapi resiko yang ditimbulkannya bisa sangat fatal yaitu terganggunya performa ayam itu sendiri, antara lain lambatnya pertumbuhan DOC, pertumbuhan yang tidak merata, mudah terserang penyakit, angka FCR (rasio konversi pakan) dan tingkat kematian ayam cukup tinggi, dan produktifitas daging/telur menurun,” urai Sugeng.
Turut berpendapat, Presiden Direktur PT. Fenanza Putra Perkasa, Isra’ Noor Karim mengatakan, secara umum semua orang yang terlibat di kandang bisa disebut sebagai anak kandang. Peran anak kandang sangat penting supaya peternakan itu menghasilkan produksi ayam sesuai dengan yang diinginkan. “Anak kandang harus memiliki kemampuan yang lebih karena mereka ujung tombak. Meskipun anak kandang lulusan SD (Sekolah Dasar) misalnya tapi harus dipastikan memiliki kemampuan lebih dalam mengerjakan pekerjaannya dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,” tekannya.
Kalau anak kandang, lanjut Isra, tidak memiliki rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang tinggi sama saja bohong. Apalagi kalau anak kandang dikasari dan tidak diperhatikan dengan baik mereka akan kerja setengah-setengah dan yang rugi pemilik juga. Sebagai contoh kesalahan anak kandang adalah tidak mau capek dalam memberikan pakan yang semestinya dilakukan berkali-kali. “Mestinya mereka harus yakin kalau mencapai produksi yang bagus dan melakukan efisiensi akan mendapatkan penghasilan yang lebih dan keuntungan dari situ,” ujarnya.
“Merawat anak kandang itu tidak sekedar uang tapi harus manusiawi memperlakukan mereka. Ada bahasa yang kita gunakan agar mereka merasa dihargai, cara kita berbicara, mengajari, ada kalanya orang yang gajinya kecil tapi bisa bertahan lama karena pemilik bisa merangkul dengan baik. Secara manusiawi semua orang mau dihargai apapun jabatannya,” pesannya.
Ia pun gembira karena kemampuan anak kandang sudah mulai bagus yang diikuti penggunaan peralatan kandang yang lebih bagus dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Perekrutan anak kandang pun sudah mulai diseleksi dengan baik dan pemilik sudah mulai memberikan pelatihan ke anak kandang termasuk dari TS (Technical Service). “Kesadaran pemilik peternakan untuk menyeleksi dan memperhatikan anak kandang jauh lebih baik,” kata Isra.
Harus Dibentuk
Anak kandang di Indonesia rata-rata orang pedesaan dan berpendidikan rendah bahkan ada juga yang tidak lulus SD. Kondisi itu normal-normal saja tetapi menjadi tidak normal kalau platform-nya seperti itu karena otomatis anak kandang diposisikan untuk mendapatkan bagian yang paling rendah. “Tragis, secara psikologis anak kandang diposisikan sudah seperti itu secara etos kerja ya seperti itu yang akhirnya menjadi ruwet karena susah diubah dan anak kandang menjadi objek yang dipersalahkan. Pemilik juga mengeluh sehingga tidak ada nilai positifnya sementara pengelolaan bisnis ini justru di tangan anak kandang,” sesal Konsultan Perunggasan, Suryo Suryanta.
Menurut Suryo, kemajuan bisnis dan teknologi di perunggasan saat ini yang mutlak di tangan anak kandang mengharuskan pemilik peternakan untuk memposisikan anak kandang sebagai partner kerja. Pasalnya, anak kandang adalah orang yang bertanggung jawab penuh menjalankan operasional harian peternakan untuk menghasilkan target yang ingin dicapai. “Sekarang bagaimana anak kandang yang saya lebih suka menyebutnya sebagai operator kandang diakui sebagai human capital untuk diangkat derajatnya menjadi nilai yang baik sehingga secara psikologis operator kandang itu punya peran yang keren,” tandasnya.
Kapabilitas atau kemampuan operator kandang ini harus terukur, sesuai, dan penghargaan yang diberikan harus baik. Namun sayangnya, kemampuan operator kandang itu tidak diketahui karena tidak pernah diukur sehingga untuk meningkatkan kapasitasnya pun sulit. “Diperlukan kajian di mana sebenarnya dan apa yang harus ditingkatkan? Sudah saatnya sekarang kapasitas dan kemampuan operator kandang itu terukur agar memiliki keahlian yang sepadan sehingga menghasilkan keuntungan dan penghasilan serta kehidupan yang layak,” tuntutnya.
Profit adalah margin dari biaya yang dikelola oleh operator kandang sebagai target dari bisnis peternakan. Nilai yang dihasilkan operator kandang ini harus dilihat sehingga apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai target-target yang diinginkan dipahaminya. “Kemampuan operator kandang ini yang harus dikelola agar mampu memelihara ayam dengan baik karena ayam sebagai produk genetik yang tinggi perlu dipahami cara pengelolaannya. Apalagi budidaya ayam ini lebih banyak muatan kesalahan manusianya (human error) yang harus diminimalkan,” katanya.
Bagi operator kandang yang bisa disentuh dan dibentuk adalah kemampuannya. Kalau masalah psikologis dan kemauan ini hal yang sulit dibentuk karena tolak ukurnya akan lebih rumit. “Kesadaran yang semestinya dimulai dari pemilik peternakan bahwa operator kandang adalah pasukan sebenarnya di peternakan yang harus dibentuk dan memiliki kemampuan yang diharapkan sehingga dalam bekerja memiliki pola. Bagaimana mengangkat derajat operator kandang karena memang kondisi bisnis ayam dengan segala tantangannya ini makin hari makin berat termasuk dalam menghadapi globalisasi,” pesan Suryo.
Peningkatan Kapasitas
Peranan anak kandang adalah penting dalam menjaga kelangsungan usaha peternakan ayam. Mereka bertindak sebagai wakil pemilik yang terjun langsung di area budidaya. Tentu mereka lebih paham atas kondisi dan dinamika seluruh kejadian yang menimpa ayam di tempatnya bekerja. Selayaknya anak kandang ini secara terus menerus diberikan bekal ilmu yang cukup untuk mengantisipasi perubahan, baik terhadap sistem dan teknologi yang terus berubah, atau terhadap ancaman penyakit ayam yang muncul secara tiba-tiba. Proses pembinaan ini tentu berimbas pada peningkatan motivasi kerja bagi anak kandang.
Diakui Sugeng, secara umum kualitas anak kandang sejauh ini masih perlu ditingkatkan. Hal ini terkait dengan latar belakang dan tingkat pendidikan yang sangat beragam. “Tingkat pengetahuan dan kemampuan anak kandang di open house (kandang terbuka) dan closed house (kandang tertutup) pada dasarnya sama saja. Yang membedakan, di closed house, anak kandang lebih diuntungkan dengan sistem ini karena tugasnya lebih ringan. Justru di open house, tingkat kewaspadaan anak kandang lebih tinggi, karena ayam peliharaannya cukup rentan terhadap serangan penyakit dari luar,” terangnya.
“Mengoptimalkan peran anak kandang yang ada menjadi tantangan dari pemilik usaha peternakan ayam. Pemilik harus memilah masalahnya apakah di pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya,” sarannya. Solusinya tergantung pada permasalahan yang ada. Pemilik peternakan bisa mendatangkan pakar motivasi kalau masalahnya ada di sikap anak kandang; mendatangkan pakar manajemen ayam kalau permasalahannya pada aspek pengetahuan; mendatangkan tenaga senior terampil dari kandang lain untuk memberikan contoh jika masalahnya pada aspek keterampilan; atau bisa juga pemilik kandang mengirim anak kandang keluar kandang untuk mengikuti pelatihan.
“Kapasitas ilmu dan keterampilan anak kandang untuk broiler (ayam pedaging) dan layer (ayam petelur), sama pentingnya. Pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam manajemen ayam bagi anak kandang ini mutlak diperlukan,” tandasnya. Dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan anak kandang ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Selain dengan belajar secara mandiri atau learning by doing (belajar sambil bekerja) dari salah satu atau beberapa anggota anak kandang lain yang telah memiliki kinerja baik, maka kegiatan pelatihan dari pihak ketiga atau partner usaha juga diperlukan.
Disadur dari majalah TROBOS Livestock