Beberapa hari yang lalu saya berbincang dengan Pak Alif Rokhman via handphone. Pak Alif berprofesi sebagai Technical Service di perusahaan kemitraan ayam broiler ‘Mustika’ Semarang yang wilayah kerjanya mulai dari Kabupaten Semarang sampai ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kami banyak mendiskusikan persoalan sekitar ayam broiler khususnya di periode menjelang akhir tahun dan di tengah musim penghujan.
Dari perbincangan itu terungkap bahwa selama musim penghujan berlangsung banyak sekali ayam broiler yang mengalami penyakit perut kembung sehingga ayam sulit untuk berjalan, malas bergerak, kulit bagian perut berwarna merah kebiruan, nafsu makan dan minum turun, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian mendadak. Matinya pun dalam keadaan terlentang, dan sebelum mati biasanya mengibaskan sayap seperti mau terbang sambil berkaok-kaok kesakitan.
Dari hasil bedah bangkai, tampak adanya cairan berwarna jernih kekuningan atau kemerahan dengan atau tanpa gumpalan fibrin, tulang pucat dan kulit kemerahan. Tembolok dan empedal terisi penuh oleh pakan, hati sedikit membesar dengan selaput hati berwarna abu-abu berisi cairan dan keriput.
Ternyata kasus penyakit perut kembung yang disebut Ascites ini tidak hanya dialami manusia. Pada manusia perut kembung/bengkak adalah penumpukan cairan dalam rongga perut. Cairan itu terjadi karena berbagai penyakit kronik yang mendasarinya. Penyakit kronik yang paling sering adalah penurunan fungsi liver yang kronik (sirosis hati). Penyakit lain yang dapat menimbulkan Ascites ini adalah penyakit yang menyebabkan kadar protein albumin turun dari dalam darah, gagal jantung, kuman tuberkulosa dalam rongga perut,kanker yang menyebar ke dalam rongga perut. Pada ayam, khususnya ayam broiler, sering terjadi pada umur di atas 3 minggu saat kelembaban yang tinggi dalam kandang akibat suhu tidak menentu pada musim hujan.
Penyebab Ascites terutama adalah gabungan kelainan genetika dan faktor-faktor stres yang menyebabkan kelainan kerja paru-paru dan jantung. Ayam broiler yang bisa tumbuh cepat namun jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan paru-paru akan menyebabkan pemasukan oksigen ke dalam tubuh menjadi berkurang. Akibatnya metabolisme tubuh menjadi terganggu. Jadinya, jantung semakin dipacu bekerja agar dapat memompa darah yang berisi oksigen menuju paru-paru. Namun karena keterbatasan kapasitas paru-paru, kenaikan darah tidak dapat tertampung sehingga tekanan darah pada arteri menjadi meningkat yang mengakibatkan katub jantung tidak dapat menutup dengan baik. Hal ini menyebabkan tekanan darah terus naik sehingga memperlemah pembuluh darah selanjutnya mengakibatkan plasma darah mudah keluar dan terkumpul di rongga tubuh. Merembesnya plasma darah pada rongga dada dan perut mengakibatkan kandungan sel darah merah meningkat, darah menjadi lebih kental sehingga kerja jantung menjadi lebih berat, yang berakibat memperparah keadaan. Inilah yang menyebabkan Ascites sulit untuk diobati dan sering kali kambuh meskipun sudah pernah sembuh dari kondisi kembung.
Pak Alif Rokhman melaporkan bahwa di wilayah kerjanya hampir rata ayam broiler peternak mitranya mengalami hal ini. Hanya ada dua kandang yang tidak ditemukan ada ayam yang terkena Ascites. Di dua kandang inilah peternaknya setuju untuk memberikan Avispro pada ternak ayamnya atas arahan Pak Alif Rokhman. Pada periode pemeliharaan di akhir Desember ini sudah ada sekitar 6 peternak yang setuju untuk mengaplikasikan antibiotik herbal Avispro karena kekhawatiran akan musim hujan yang masih akan berlangsung sampai awal tahun depan. Mereka seakan menemukan jalan keluar atas kasus Ascites yang sulit diobati selama ini. Bagi para peternak ayam broiler yang ada di Semarang, Kendal, Ungaran, Ambarawa, Salatiga, Demak dan sekitarnya bisa menghubungi Pak Alif Rokhman di nomer handphone 081328800862 (pencantuman nomer kontak ini sudah seizin yang bersangkutan) untuk menggali pengalaman dari beliau.