Bekatul pakan ternak diperoleh dari penggilingan padi yang diolah menjadi beras. Banyaknya bekatul padi yang dihasilkan tergantung pada cara penggilingan. Sebanyak ± 14,4% dedak kasar, ± 26,99% dedak halus, ± 3% bekatul dan ± 1-17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak dan bekatul padi cukup disenangi ternak. Pemakaian bekatul atau dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 15% dari campuran konsentrat. Walaupun tidak mengandung zat anti nutrisi, pembatasan perlu dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Tambahan lagi penggunaan bekatul pakan ternak dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat memungkinkan ransum tersebut mudah berbau tengik selama dalam penyimpanan. Salah satu penyebab bau tengik ini berasal dari tingginya kandungan lemak kasar pada bekatul atau dedak sehingga mudah mengalami oksidasi yang menyebabkan ransum cepat tengik. Secara kualitatif, kualitas dedak padi … Lanjutkan membaca
Tag Archives: bekatul
Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia perunggasan petelur di Indonesia telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan peternakan unggas dalam skala usaha besar maupun kecil. Oleh karena faktor tersebut sudah tentu juga akan meningkatkan jumlah permintaan ransum/konsentrat pabrik . Harga ransum/konsentrat pabrik pun cenderung terus meningkat karena permintaan lebih besar dari penawaran dan juga disebabkan oleh faktor bahan baku yang sebagian besar masih mengandalkan impor dari luar negeri. Kenaikan harga ransum / konsentrat pabrik kadang-kadang menimbulkan kelesuan dunia peternakan unggas . Sebenarnya peternak unggas dapat mengurangi resiko fluktuasi harga pakan / konsentrat pabrik yang begitu terus naik melambung tinggi dengan cara membuat ransum jadi sendiri ( self mixing formula ). Tujuan dari membuat ransum sendiri adalah untuk mendapatkan harga yang lebih ekonomis dengan kualitas pakan yang dihasilkan dapat memenuhi standar kebutuhan nutrisi dan kesehatan, yaitu mengandung zat-zat protein, … Lanjutkan membaca
Lagu lama dalam seluruh budidaya unggas adalah masalah pakan. Harga pakan konsentrat pabrik yang menjulang tinggi seringkali memperkecil margin keuntungan para peternak unggas bahkan menyiutkan nyali peternak pemula. Permasalahan yang dihadapi pada usaha produksi daging dan telur bebek adalah biaya produksi yang cukup tinggi, kira-kira 50% lebih tinggi dibanding biaya produksi ayam potong. Penyebabnya adalah rasio konversi pakan yang tidak sebaik seperti pada ayam potong. Untuk mencapai bobot badan antara 1.100-1.200 gr diperlukan waktu 10 minggu dengan konversi pakan 4,19-6,02. Bandingkan dengan konversi pakan ayam potong (broiler) 1,3-1,4 untuk mencapai bobot yang sama. Terkhusus ternak bebek memang masalah pakan relatif lebih moderat karena pakan bebek tidak mutlak bergantung dari konsentrat pabrik. Hanya pada minggu-minggu awal pemeliharaan diperlukannya, maksimal sampai umur 1 bulan (untuk bebek pedaging). Selanjutnya sumber karbohidrat dan protein tinggi bisa diperoleh dari bahan yang … Lanjutkan membaca