Penghujung tahun 2010 sampai dengan awal 2011 ini menjadi periode yang cukup mencekam bagi para peternak ayam khususnya ayam broiler. Cuaca ekstrim menjadikan usaha ini cukup sulit. Peternak harus bekerja ekstra menjaga suhu kandang, menaik-turunkan tirai, mengganti sekam yang lembab meski tidak basah, lebih sering menyemprot disinfektan karena penyakit pernapasan pada ayam semakin sering terjadi akibat ayam kedinginan dan sebagainya. Hal inipun dialami Agung Supriadi, peternak ayam broiler yang tinggal di Margahayu Raya Bandung. Dua mingggu sebelum chick-in periode itu, persisnya di awal Desember 2010, ia mulai sibuk memikirkan langkah-langkah antisipasi dampak cuaca ekstrim pada ayam-ayamnya nanti. Mulai dari membaca literatur, konsultasi sampai dengan menjelajahi berbagai informasi peternakan di internet. Peternak mitra CV. Anjawani ini suatu ketika landing di blog kita ini. Penelusuran info dan artikel, pemutaran video dan menganalisa teknologi yang ditawarkan menggerakkan Agung … Lanjutkan membaca
Tag Archives: nafsu
Lagu lama dalam seluruh budidaya unggas adalah masalah pakan. Harga pakan konsentrat pabrik yang menjulang tinggi seringkali memperkecil margin keuntungan para peternak unggas bahkan menyiutkan nyali peternak pemula. Permasalahan yang dihadapi pada usaha produksi daging dan telur bebek adalah biaya produksi yang cukup tinggi, kira-kira 50% lebih tinggi dibanding biaya produksi ayam potong. Penyebabnya adalah rasio konversi pakan yang tidak sebaik seperti pada ayam potong. Untuk mencapai bobot badan antara 1.100-1.200 gr diperlukan waktu 10 minggu dengan konversi pakan 4,19-6,02. Bandingkan dengan konversi pakan ayam potong (broiler) 1,3-1,4 untuk mencapai bobot yang sama. Terkhusus ternak bebek memang masalah pakan relatif lebih moderat karena pakan bebek tidak mutlak bergantung dari konsentrat pabrik. Hanya pada minggu-minggu awal pemeliharaan diperlukannya, maksimal sampai umur 1 bulan (untuk bebek pedaging). Selanjutnya sumber karbohidrat dan protein tinggi bisa diperoleh dari bahan yang … Lanjutkan membaca
Usaha peternakan ayam akhir‑akhir ini mulai sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. Oleh karena itu, agar peternakan ayam tersebut merupakan suatu usaha yang berwawasan lingkungan dan efisien, maka tatalaksana pemeliharaan, perkandangan, dan penanganan limbahnya harus selalu diperhatikan. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian telah menyadari hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan menteri melalui SK Mentan No. 237/1991 dan SK Mentan No. 752/1994, yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu populasi lebih dari 15.000 ekor per siklus terletak dalam satu lokasi, sedangkan untuk ayam petelur, populasi lebih dari 10.000 ekor induk terletak dalam satu hamparan lokasi (DEPTAN, 1991; DEPTAN, 1994). Dalam kasus pencemaran lingkungan oleh peternakan ayam, yang menjadi pemicu permasalahan sebenarnya sebenarnya akibat dari pemukiman yang terus … Lanjutkan membaca